IDUL ADHA, IKUT ARAB SAUDI ATAU PEMERINTAH ?
Dalam Pelakasanan idul fitri maupun idul adha, Pemerintah selalu menyelenggarakan sidang isbat, dimana pada sidang tersebut ditentukan penentuan awal bulan khususnya idul fitri maupun idul adha atas dasar penglihatan hilal di daerah Indonesia.
Pada tahun 1443 H atau 2022 M, Penentuan untuk awal bulan (tanggal 1) dzulhijjah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal 1 Juli 2022. Berbeda dari arab Saudi yang telah melihat hilal dan menetukan tanggal 1 dzulhijjah pada tanggal 30 Juni. Artinya ada perbedaan 1 hari. Lalu bagaiama dengan pelaksaanaan sholat idul adha dan amalam puasa arafah di tanggal 9 Dzulhijjah ? Mana yang harus kita ikuti ? Ikut Pemerintah Arab Saudi atau Pemerintah Kita, Indonesia ? Berikut Penjelasanyya….
--------------------------------------------------
HR Sunan At-tirmidzi No 633
Dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi ï·º bersabda,
الصَّوْم٠يَوْمَ تَصÙومÙونَ وَالْÙÙطْر٠يَوْمَ تÙÙْطÙرÙونَ وَالْأَضْØÙŽÙ‰ يَوْمَ تÙضَØÙ‘Ùونَ
"Berpuasa itu pada hari kalian berpuasa dan berbuka itu pada hari dimana kalian semua berbuka, demikian juga dengan Iduladha, yaitu pada hari kalian semuanya berkurban." Sebagian besar ulama menafsirkan hadits ini yaitu, Sesungguhnya puasa dan berbuka itu bersama jamaah (keputusan pemimpin) dan kebanyakan manusia.
Dari hadis tersebut, saat kita berpuasa maka bersama jamaah. Jika kita sering mendengar “Ahli Sunnah Wal Jamaah” maka makna dari kata Al jamaah diantara artinya adalah pemimpin.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا٠ذَا جَآءَهÙمْ اَمْرٌ مّÙÙ†ÙŽ الْاَ مْن٠اَو٠الْخَـوْÙ٠اَذَا عÙوْا بÙهٖ ۚ وَلَوْ رَدّÙوْه٠اÙÙ„ÙŽÙ‰ الرَّسÙوْل٠وَا٠لٰۤى اÙولÙÙ‰ الْاَ مْر٠مÙنْهÙمْ لَعَلÙمَه٠الَّذÙيْنَ يَسْتَنْبۢÙØ·Ùوْنَهٗ Ù…ÙنْهÙمْ ۗ وَلَوْلَا Ùَضْل٠اللّٰه٠عَلَيْكÙمْ وَرَØْمَتÙهٗ لَا تَّبَعْتÙم٠الشَّيْطٰنَ اÙلَّا Ù‚ÙŽÙ„Ùيْلًا
"Dan apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka (langsung) menyiarkannya. (Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan ulil amri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu)." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 83)
Dalam HR Shahih Muslim 3438, Ibnu Abbas dia berkata, "Rasulullah ï·º bersabda,
مَنْ رَأَى Ù…Ùنْ Ø£ÙŽÙ…ÙيرÙه٠شَيْئًا يَكْرَهÙÙ‡Ù ÙَلْيَصْبÙرْ ÙÙŽØ¥Ùنَّه٠مَنْ Ùَارَقَ الْجَمَاعَةَ Ø´Ùبْرًا Ùَمَاتَ ÙÙŽÙ…Ùيتَةٌ جَاهÙÙ„Ùيَّةٌ
"Barang siapa melihat pada diri pemimpinnya ada sesuatu yang ia benci hendaknya ia bersabar, sebab siapa yang memisahkan diri dari Jamaah (pemimpin) walau sejengkal kemudian dia mati, maka matinya seperti mati Jahiliyyah."
Dari Quran dan Hadist diatas, Islam mengajar kita untuk Taat kepada pemimpin sekalipun mungkin ada perbedaan pandangan, maka hendaknya Ia mengikuti atas keputusan Pemimpin selama keputusan mengadung kebaikan.
Pada HR Shahih Muslim 1819, dimana Hadist ini mengajarkan bahwa Rasullah memerintahkan kita untuk mengikuti pemimpin di daerah tempat kita berada dalam hal penentuan awal bulan saat melihat melihat Hilal. Dalam Hadist itu dikisahkan Kuraib di-utus pemimpinnya untuk datang ke daerah Madinah. Kuraib sendiri adalah penduduk Syam. Saat itu di Syam, Kuraib melihat Hilal pada malam Jumat. Akan tetapi penduduk Madinah (Ibnu Abbas) melihat hilal pada malam sabtu. Artinya penduduk Madinah menggenapkan puasanya menjadi 30 hari. Kuraib pun bertanya kepada Ibnu Abbas: “Tidakkah cukup bagimu untuk mengikuti ru'yah Mu'awiyah dan puasanya?" Ia (Ibnu Abas) menjawab, "Tidak, beginilah Rasulullah ï·º memerintahkan kepada kami."
Sebagai informasi jarak negri Syam (Libanon, Suriya) ke Madinah adalah 1.700 Km. Apalagi kita dari Indonesia ke Arab Saudi ada perbedaan 4 jam, atau 7.897 Km waktu tempuh. Artinya ada perbedaan waktu dan jarak yang lebih besar dari contoh diatas.
Jadi kalau di suatu negara zona waktunya berbeda jauh, yang bisa melahirkan perbedaan waktu, maka waktu dan keputusan di negara tersebutlah yang diikuti.
Kecuali kalau waktunya dekat, sekitaran teluk seperti , UAE, Qatar, bahkan sampai ke Libya. Itu Saat Saudi musim haji, mereka pun ikut waktu Saudi. Sudah jelas bahwa, jikalau pemerintah kita menetapkan waktu, misalnya bersamaan Alhamdulillah. Kalau tidak, ikuti waktu kita,
Dalam HR Sunan At-tirmidzi 680, Dari Abu Qatadah bahwasanya Rasulullah ï·º bersabda,
صÙيَام٠يَوْم٠عَرَÙÙŽØ©ÙŽ Ø¥ÙنّÙÙŠ Ø£ÙŽØْتَسÙب٠عَلَى اللَّه٠أَنْ ÙŠÙÙƒÙŽÙÙ‘Ùرَ السَّنَةَ الَّتÙÙŠ قَبْلَه٠وَالسَّنَةَ الَّتÙÙŠ بَعْدَهÙ
"Puasa hari 'Arafah -saya berharap dari Allah- dapat menghapuskan dosa-dosa setahun sebelumnya dan juga tahun sesudahnya."
Kata 'Yaum' diatas itu disebut 'Dzor fuzzaman. Artinya Huruf yang melekatkan sesuatu pada waktunya, bukan momentumnya. Jadi Yaum sekali lagi menunjuk pada waktu. Maksudnya apa? Hadist ini ingin menegaskan, puasa ini dilakukan, bukan mengikuti momentumnya, tapi mengikuti waktunya.
Rasulullah mengatakan puasa hari arafah, bukan puasa arafah di saat para jamaah haji sedang wuquf.
Dari hadits sebelumnya maka dapat simpulkan dalam pelasanaan Puasa Arafah (9 Dzulhijjah/9 Juli 2022) dan Idul Adha (10 Dzulhijjah/10 Juli 2022) mengikuti waktu kita berada dalam hal ini atas atas dasar Keputusan Pemerintah setempat dalam hal ini Keputusan Pemerintah Indonesia.
Comments (0)
Leave your thought