Diklat Lanjutan Kemandirian Pesantren, Peserta Studi Banding ke PP Sidogiri
Pasuruan (Kemenag) --- Kementerian Agama kembali menggelar pendidikan dan pelatihan (diklat) kemandirian pesantren. Giat ini diikuti 34 perwakilan Pesantren dari 20 provinsi.
Diklat yang digelar Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren ini berlangsung di Pasuruan, Jawa Timur. Pelatihan yang memadukan metode ruang kelas dan studi lapangan tersebut dilaksanakan selama enam hari, 27 September - 2 Oktober 2021.
Pondok Pesantren Sidogiri dipilih sebagai tempat studi lapangan, utamanya terkait pengelolaan Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) dan Baitul Maal.
Membuka Diklat, Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Imam Syafei, menekankan pentingnya melatih nalar kreatif dan inovatif dalam membangun unit bisnis pesantren agar mampu maju dan kompetitif.
"Di abad ke-21 ini ada dua kompetensi yang sangat dibutuhkan yaitu inovasi dan kreativitas. Semua lembaga, organisasi, maupun perusahaan, yang mampu bertahan maju dan bisa berkembang adalah mereka yang terus melakukan inovasi," kata Imam Syafi'i, di Pasuruan, Senin (27/9/2021).
Menurutnya, ada tiga hal yang bisa dilakukan dalam berinovasi, yakni: melakukan sesuatu sebagai yang pertama (the first), yang terbaik (the best), atau melakukan sesuatu yang berbeda (the different). "Pertama ciptakan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain. Kalau ternyata sudah dilakukan orang lain, pastikan kita lakukan yang terbaik. Kalau tidak bisa melakukan yang pertama dan terbaik, pastikan yang kita lakukan adalah berbeda," ujarnya.
Orang kreatif, lanjut Imam Syafi'i, akan mampu menangkap dan mengembangkan potensi yang bahkan tidak diperhatikan orang lain. Semua itu harus didukung oleh keberanian untuk memulainya.
Kepala Subdirektorat Pondok Pesantren, Basnang Said, menambahkan, diklat ini sebagai kelanjutan dari program prioritas Kemandirian Pesantren. Pasuruan dipilih sebagai lokasi pelatihan karena keberadaan pesantren Sidogiri yang terbukti berhasil mengembangkan ekonomi pesantren.
"Pelatihan ini bukan saja untuk memberikan bekal teknis bagi calon para pengelola usaha di pesantren, lebih dari itu untuk membuka dan membangun jejaring bisnis antar pesantren," kata Basnang Said di Pesantren Sidogiri.
Dalam studi lapangan ini, peserta belajar tentang tata kelola dua unit usaha di Sidogiri, yakni Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Sidogiri, dan Koperasi Baitul Maal Wat Tamwil Usaha Gabungan Terpadu (BMT-UGT) Sidogiri. Keduanya merupakan unit bisnis yang berbasis pesantren, berdiri sendiri, namun saling menopang.
"Dalam skema Peta Jalan Kemandrian Pesantren yang telah kami susun, ada empat tipologi pesantren berdasarkan besaran unit usaha yang dimiliki, namun semuanya belum mencapai tahap ekspansif. Setelah kunjungan ini kami harapkan Pesantren Sidogiri bisa menjadi salah satu mentor atau lokomotif penggerak untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki pesantren lainnya," tutur Basnang Said.
Sekretaris Kopontren Sidogiri, Munjil Anam menyambut baik ikhtiar yang dilakukan Kementerian Agama dalam membangun ekosistem ekonomi pesantren. Dia mengatakan, Kopontren Sidogiri sebagai badan usaha milik Pondok Pesantren memiliki visi dan semangat yang sama dengan pesantren lain. Menurutnya bukan hal mustahil potensi ekonomi yang dimiliki pesantren akan dapat dikembangkan dengan lebih baik jika dilakukan secara berjamaah.
"Semangat kami adalah menggandeng dan menggendong. Jadi konsep yang kami terapkan adalah bersinergi dengan masyarakat, bersinergi dengan pesantren, dan pelaku usaha lain," tutur Munjil Anam.
Diceritakan Munjil, sejak berbadan hukum resmi pada 1997, Kopontren Sidogiri telah berhasil mengembangkan berbagai unit bisnis. Saat ini Kopontren Sidogiri memiliki empat anak Perusahaan (PT) sebagai operator bisnis dari beberapa lini usaha.
Empat Perusahaan yang didirikan oleh Kopontren Sidogiri yakni PT Sidogiri Mitra Utama yang bergerak dalam sektor distribusi, toko retail, dan grosir dengan brand Toko Basmalah; PT Sidogiri Mandiri Utama pada sektor manufaktur yang memproduksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) merek Santri; PT Sidogiri Pandu Utama pada sektor jasa pengembangan SDM dan infrastruktur IT; dan PT Sidogiri Fintech Utama sebagai perusahaan yang bergerak pada sektor pembayaran digital (Digital Payment) dengan produk utama uang elektronik e-maal.
Sumber: Kemenag.go.id
Comments (0)
Leave your thought